Thursday, July 20, 2017

Batik. Dan mengapa saya menyebutnya pahlawan.

Batik Tailor
Salam,
Saya lahir dan besar di daerah yang pernah menjadi sentra batik lokal. Kami akrab dengan bau malam (bahan sejenis lilin) dan bermain dengannya. Meskipun ketika itu masa kejayaan batik daerah kami mulai memudar, kami masih bisa mendengar gaungnya dari masyarakat sekitar. Kami juga masih bisa merasakan betul manfaat jejak warisannya (legacy). 

Pada masa jayanya, kampung kami menjadi semacam roda penggerak  perekonomian bagi daerah sekitarnya. Bila dihitung, Ada puluhan rumah yang punya produksi batik. Tiap rumah produksi membutuhkan puluhan pekerja, laki-laki maupun perempuan. Pada zaman dimana ekonomi tidak sebaik sekarang, ini merupakan sebuah berkah yang besar. Warga kampung sangat terbantu dengan banyaknya peluang pekerjaan ini. Ibu saya (Allohu yarhamha) kebetulan termasuk diantaranya. Tugas beliau ketika itu adalah pencampur warna dan tukang nyolet (mewarnai). 

Tidak cukup disitu, peluang pekerjaan ini mengundang orang-orang luar kampung untuk berbondong-bondong datang  ke kampung kami mencari pekerjaan. Kadang kala kami masih mendengar kisah-kisah pencari kerja ini secara langsung ketika secara tidak sengaja kami bertemu dengan satu diantaranya. Mereka (pendatang pencari kerja) ini tidak terbatas pada pekerja batik saja. Banyak diantara mereka adalah pekerja-pekerja non-batik.

Bagi kami yang lahir setelah masa jayanya, sedikit banyak masih bisa merasakan banyak manfaat dari tinggalan-tinggalannya. Keberadaan listrik adalah salah satunya. Konon, kampung kami adalah salah satu daerah setingkat desa yang pertama kali mendapat aliran listrik dibanding kota/desa sekitar Sidoarjo. Manfaat lain yang dapat kami rasakan adalah keberadaan sekolah. Koperasi Batik adalah penggerak dan sumber utama pendanaan sekolah dikampung kami. Pendek kata, Batik adalah pahlawan bagi daerah kami.

Popularitas batik kemudian mengalami masa surut. Rumah-rumah produksi batik berguguran. Membanjirnya kain dan pakaian impor mungkin salah satu penyebabnya. Mungkin kita harus akui bahwa produksi tekstil kita masih kalah bersaing dengan tekstil luar. 

Tetapi pada tahun 2009, Batik sekali lagi jadi pahlawan, ketika UNESCO menetapkannya sebagai warisan dunia.  Kita mungkin kalah dalam produksi kain. Tapi dalam pengolahannya, kita punya teknik pengolahan yang diakui internasional. Batik menjadi semacam identitas dan kebanggaan. Ketetapan UNESCO ini kemudian di sambut oleh pemerintah dengan penetapan tanggal 2 oktober sebagai Hari Batik Nasional. Dan puncaknya Permendagri mengeluarkan keputusan tentang kewajiban pemakaian batik lokal bagi pegawainya.

Akibat dari semua itu, industri batik mulai menggeliat dan bangkit kembali. Daerah-daerah sentra batik yang sempat vakum produksi, perlahan-lahan bergerak memulai produksinya kembali. 

Bagaimana dengan dunia tailoring?
Dunia tailoring juga pernah mengalami masa kelesuan bersamaan dengan batik. Tapi seiring dengan maraknya penggunaan batik, dunia tailoring ikut terangkat. Kami tidak berbicara tentang Tailor-tailor kelas atas yang memang punya pangsa pasar dan pelanggan yang relatif stabil. Kita bicara tentang Tailor-tailor menengah ke bawah (seperti kami).  Maklum diketahui, pelanggan Tailor-tailor kelas menengah ke bawah ini 90% pelanggannya adalah Pegawai Negeri Sipil. Keputusan pemerintah tentang pewajiban penggunaan batik seolah darah segar bagi mereka. Dunia tailoring kembali semarak dengan pembuatan pakaian batik. Cobalah mampir ke Tailor langganan anda, liriklah etalase hasil karya mereka. Anda akan mendapati berbagai macam  batik bergantungan disana, mulai dari jenis pakaiannya sampai motif khas asal pembuatannya. Dari sudut pandang ini, bisa dikatakan batik juga pahlawan bagi dunia tailoring kita.

Inggris bisa berbangga dengan English-cut dan Saville Row-nya, Italy boleh berbangga dengan Neopolitan dan Napoli-nya, Jerman dengan West Berlin-nya, bahkan Vietnam boleh berbangga dengan Hoi Anh-nya. Tapi dunia tekstil dan tailoring kita patut berbangga dengan Batik.

Salam pembelajar.

Disclaimer : 
Belum lama ini viral di media sosial tentang polemik Batik vs Jubah. Postingan ini bukan untuk mendukung atau membantah salah satu pihak.

Komentari dengan g+ (dilarang spam)
EmoticonEmoticon