Thursday, April 12, 2018

Bespoke, MTM, Dan Identitas Sistem Tailoring Kita

Sebagai sebuah bidang usaha (Trade),  dalam Tailoring lazim dikenal ada 3 sistem, yaitu Bespoke, Made to Measure (MTM) dan Ready To Wear (RTW). Setiap sistem punya suatu ciri pembeda (difresiansi) dengan sistem lainnya. Dari ciri-ciri pembeda ini kita dapat mengetahui identitas Sistem Tailoring sebuah Tailor.

Semakin maju dunia Tailoring sebuah negara, semakin mudah pula ciri-ciri pembeda ini untuk di-identifikasi. Disamping karena kebanyakan Tailor di negara tersebut mendeklarasikan secara tegas Sistem Tailoring yang dipakai, juga karena tingkat pemahaman pelanggannya yang juga tinggi dalam dunia Taioring.

Kondisi seperti diatas, berbeda dengan apa yang ada di negara kita. Jangankan kustomer/pelanggannya, kalangan penjahit pun kemungkinan masih banyak yang kurang paham dengan istilah bespoke, MTM, RTW atau istilah-istilah Tailoring lainnya. Beberapa diantaranya memahaminya dengan saling tertukar antara satu dengan istilah lainnya.

Bagi penjahit, dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya,  memahami istilah-istilah ini sebenarnya tidaklah terlalu penting. Toh pemahaman, kemampuan dan kebutuhan tailoring sebagian besar masyarakat belum menuntut ini. Tetapi di dunia maya, dimana batas-batas teritorial negara menghilang dan kita seringkali berinteraksi dengan penjahit dari negara lain, barangkali ada baiknya bagi kawan-kawan penjahit untuk memahami ketiga Sistem Tailoring diatas beserta difresiansinya.

Bespoke Tailoring.

Pada jaman dulu, ketika seorang pelanggan membutuhkan sebuah pakaian, maka dia akan mendatangi tailor shop langganannya. Di dalamnya, pelanggan bisa memilih bahan yang tersedia (juga bisa memesan bahan khusus) disana. Pelanggan kemudian bisa berdiskusi dan berkonsultasi dengan Tailor tentang jenis pakaian dan style yang diinginkannya. Tailor kemudian membuat pakaian pelanggan tersebut mulai dari nol, termasuk membuat pola dan fitting-nya. inilah hubungan dan cara kerja tradisional sebuah usaha (trade) Tailoring. Dan sistem kerja tradisional seperti inilah yang disebut sebagai Bespoke Tailoring.


Bespoke berasal dari kata be-speak (bicara / bicarakan), maksudnya bicaralah pada tailor akan kebutuhan pakaian anda, baik itu peruntukan acara, bahan, style dan hal-hal detail lainnya. Artinya adalah bahwa tiap pakaian yang dihasilkan oleh Tailor yang menggunakan Sistem Bespoke sangatlah personal. Pakaian itu dijahit hanya dan hanya untuk anda, dengan mengakomodasi ukuran,  selera, gaya dan kebutuhan anda. Pakaian ini mungkin tidak akan fit bila dipakai orang selain anda.

Bespoke Tailoring punya hubungan kerjasama khusus dengan produsen bahan/kain. Pelanggan bisa memesan kain dengan komposisi campuran bahan tertentu (wool dan sutra misalnya) atau motif dan tekstur yang khusus. Kita tentu ingat dengan kasus yang sempat viral di dunia tinju, dimana Connor Macgregor (lawan Floyd Mayweather), ketika timbang badan memakai setelan  jas dengan motif stripe (garis-garis) yang ketika di-zoom ternyata garisnya berupa deretan huruf yang membentuk kata yang tidak senonoh.

Pemesanan bahan khusus seperti ini, hanya bisa dilakukan di sistem Bespoke Tailoring. Bisa dilakukan oleh Tailor itu sendiri, untuk medefinisikan ciri khas atau style tailor shop-nya atau dilakukan oleh pelanggan untuk mengakomodasi selera dan kepribadian personalnya. Semakin maju sebuah tailor, biasanya semakin banyak pilihan bahan yang bisa disesuaikan. Saking banyaknya, katalog bahannya bisa disebut sebagai "perpustakaan" bahan.

Kustomisasi semacam ini, dalam Bespoke Tailoring tidak terbatas pada bahan utamanya saja, tapi juga termasuk tiap bagian dan detail aksesorinya. Mulai dari bahan furing/lining, model saku, dasi, square pocket bahkan sampai ke pemilihan sepatunya.


Proses pengerjaan pakaian pada sistem ini umumnya membutuhkan waktu yang lama. Mulai dari membuat pola, fitting yang berkali-kali sampai jadi sebuah pakaian siap pakai, bisa menempuh waktu beberapa minggu atau juga bulanan.

Kustomisasi tiap detail dari pakaian dan tetek bengeknya ini jugalah yang menjadikan pakaian hasil Bespoke Tailoring sangatlah personal dan eksklusif. Dan eksklusifitas biasanya berbanding lurus dengan tingginya biaya.

Ready To Wear (RTW)

Revolusi industri yang terjadi di eropa berdampak pada meningkatnya kesejahteraan dan kebutuhan pakaian orang-orangnya. Tingginya kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi oleh tailor yang memakai sistem tradisional (Bespoke). Terciptalah sebuah Sistem Tailoring yang memungkinkan untuk memproduksi pakaian secara massal. Sistem produksi massal inilah kemudian dikenal dengan nama Ready To Wear (RTW). Atau disebagian belahan dunia lain ada yang menyebutnya dengan "off the rack (OTR)".
Jas rtw

Dalam sistem RTW, pakaian dibuat mengikuti standar kebanyakan orang. Ukurannya di kategorisasi menjadi size-size tertentu. Biasanya yang di jadikan acuan adalah ukuran lingkar dada dan panjang baju untuk pakaian atasan,  dan lingkar perut untuk bawahan.

Proses pengerjaan pakaian jenis ini dilakukan secara massal, seringkali mengandalkan kemampuan bahan siap pakai, mesin-mesin jahit, alat pressing, dan finishing yang modern. Bagian-bagian pakaian dalam sistem ini dikerjakan secara terpisah. Para pekerjanya tidak dituntut memiliki pengetahuan yang menyeluruh tentang proses pembuatan pakaian. Yang penting dia menguasai satu bagian tertentu dari proses pembuatan pakaian, misalnya bagian membuat saku saja atau memasang krah saja. Proses pengerjaan sistem RTW ini mampu menghasilkan pakaian dalam jumlah yang lebih besar dalam waktu yang tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan sistem tradisional.

Hasil jadi produksi pakaian sistem ini tersedia di toko-toko retail. Pelanggan hanya perlu mendatangi toko-toko tersebut, memilih dan mencobanya, untuk kemudian bisa langsung dibawa pulang. Sederhananya, hasil pakaian ini disebuat pakaian siap pakai.

Bila ada ketidak cocokkan ukuran tertentu, entah panjang lengan, lebar bahu atau yang lainnya, kustomer tinggal membawa pakaian tersebut ke speasialis alterasi atau tukang permak untuk disesuaikan. 

Penggunaan pola yang di standarkan dan kecepatan  pengerjaannya memungkinkan pemangkasan biaya produksi secara signifikan. Oleh karena itu harga pakaian hasil produksi jenis sistem ini relatif jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan hasil produk Bespoke Tailoring.

Made To Measure (MTM).

MTM secara mudahnya adalah jalan tengah dari kedua sistem diatas (Bespoke dan RTW). Dalam sistem Bespoke, disamping kelebihan eksklusifitasnya, punya kekurangan dalam hal biaya. Tidak semua orang butuh pakaian yang eksklusif dan sangat personal, juga tidak semuanya mampu menjangkau biaya produksinya. Dalam sistem RTW, meskipun harga pakaiannya relatif lebih bisa dijangkau semua orang, punya kelemahan dalam hal ukuran yang hanya menyediakan ukuran standar. Sistem MTM mengakomodasi kelebihan dan kekurangan kedua sistem diatas dan memcoba menyediakan titik komprominya.

Tailor yang memakai sistem MTM ini, cara pembuatan pola pakaiannya, sama dengan cara yang dipakai oleh sistem RTW. Yakni pola-pola standar. Dari pola standar ini dibuatlah pakaian-pakaian jadi yang nantinya difungsikan sebagai sarana fitting/pengepasan. Untuk pengerjaan dan penyelesaiannya, sistem yang dipakai bervariasi, ada yang di pecah per bagian seperti RTW, ada juga yang dikerjakan dengan utuh seperti sistem tradisional.

Pelanggan yang datang ke tailor MTM, diambil ukuran dasarnya saja. Untuk kemudian dipersilahkan mencoba pakaian jadi yang sudah dipersiapkan untuk kemudian dilakukan penyesuaian. Misalnya diketahui lingkar dada si pelanggan adalah 100 cm. Berarti kategori ukurannya adalah size 50 (standar itali) atau size 40 (standar inggris). Pelanggan diminta mencoba pakaian jadi sesuai size-nya yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Kemudian Tailor atau pekerjanya membuat catatan tentang penyesuaian-penyesuaian kecil yang perlu dilakukan pada pola standar untuk mengakomodasi ukuran-ukuran atau postur pelanggan yang tidak pas. Catatan ini kemudian di bawa kepada pembuat pola, pola standarnya lalu di modifikasi, untuk selanjutnya bisa dimulai proses pengerjaan pakaian si pelanggan.
Jas made to measure

Pelanggan juga dipersilahkan memilih bahan dan style yang diinginkan, tapi tetap terbatas pada bahan dan style yang sudah dipersiapkan contoh jadinya. Berbeda dengan sistem Bespoke dimana biasanya pengambil ukuran dan pembuat pola adalah orang yang sama, pengambil ukuran untuk sistem MTM bisa dilakukan orang lain, bisa sales toko atau konsultan pakaian. Proses fitting juga dilakukan pada sistem ini.

Hasil pakaian dari MTM ini mungkin tidak se-personal dan se-eksklusif  hasil Bespoke, tetapi lebih aman dari ill-fitting akibat kekurang piawaian pembuat pola. Karena penyesuaian yang dilakukan pada pola standar adalah penyesuaian-penyesuaian kecil/minor saja. Biaya produksi sistem ini relatif lebih rendah,  dan proses pengerjaannya juga lebih cepat dibanding Bespoke Tailoring.

Handmade, Canvassing dan Kualitas.

Banyak yang menganggap handmade (jahitan tangan) dan Canvassing (pelapisan Bubat/Buntut kuda) itu hanya ada pada sistem Bespoke. Bahkan ada juga yang mengira bahwa Bespoke adalah "Teknik Menjahit". Anggapan ini adalah anggapan yang salah kaprah. Benar bahwa semua Bespoke Tailoring adalah handmade dan pastinya menggunakan teknik Canvassing pada pelapisan jasnya. Tetapi kebanyakan MTM papan atas juga menggunakan teknik handmade dan canvassing yang sama, kecuali tentunya RTW yang umumnya menggunakan teknik fusing/lem.


Perbedaan utama antara Bespoke dan MTM adalah pada cara pembuatan pola, pilihan bahan khusus dan keterbatasan style-nya.

Kualitas masing-masing sistem diatas sangat tergantung pada kepiawaian pekerjanya. Umumnya dan idealnya, tentu saja produk Bespoke mestinya lebih fit dipakai dan lebih unggul kualitasnya,  mengingat waktu dan proses pembuataannya. Tapi kenyataannya, tidaklah selalu demikian. Banyak ditemui produk Bespoke yang tidak fit dan kualitas jahitannya sama saja atau lebih rendah dibanding RTW.

Ketiga kategori sistem diatas, menurut saya, bukanlah sebuah ukuran peringkat. Masing-masing sistem punya kesulitan dan tantangan yang berbeda. Dan pelanggan bisa memililh sistem mana yang sesuai dengan kebutuhannya.

Identitas Tailoring Kita.

Pertanyaan selanjutnya, dari ketiga sistem diatas, manakah yang sesuai untuk disebut sebagai identitas tailoring kita?

Sebagaimana kami sebutkan diatas, perbedaan tegas ketiga sistem diatas bisa dengan mudah kita identifikasi pada negara-negara yang bidang Tailoringnya maju. Tetapi batasan-batasan perbedaan ketiganya menjadi agak samar pada negara-negara yang bidang tailoringnya tidak terlalu maju, seperti negara kita, Indonesia.

Sebagian Tailor kita ada yang bisa kita identifikasi dengan mudah. Kebanyakan konveksi, misalnya, bisa kita identifikasi sebagai pengguna sistem RTW atau OTR. Beberapa Tailor papan atas di negara kita juga bisa kita identifikasi sebagai Bespoke Tailoring, walaupun kebanyakan tidak tegas dan terkesan malu-malu mendeklarasikan Sistem Tailoring yang dipakainya.

Sedangkan kebanyakan Tailor (dan mungkin seluruh Tailor kelas menengah), tidak bisa dengan mudah kita identififikasi sebagai MTM atau Bespoke. Dalam cara pembuatan pola, hampir semua Tailor kita menggunakan Sistem Bespoke, dimana untuk tiap satu pelanggan dibuat satu pola. Dalam hal pemilihan bahan dan style yang tersedia, kebanyakan Tailor kita mirip dengan identitas MTM. Sedangkan dalam cara pengerjaannya, walaupun tidak dipecah per- bagian, kecepatan proses dan hasil produknya mungkin setara dengan RTW (termasuk hasil produk kami sendiri). Bingung kan?

Mungkin jawabannya kita bisa meniru istilah yang dipakai di benua amerika. Disana, baik Bespoke maupun MTM, disebut dengan istilah yang sama yaitu Custom Tailoring.  Barangkali inilah identitas yang pas untuk Sistem Tailoring kebanyakan Tailor di negara kita. Kita anggap saja istilah ini sebagai kompromi identitas.

Pada akhirnya, apalah artinya sebuah istilah bagi sebuah identitas. Toh, pelanggan kita tidak terlalu peduli dengan istilah-istilah diatas, selama mereka cocok dan puas dengan produk kita, apapun identitas Tailoring kita, tidak jadi masalah. Tetapi, ada baiknya bagi penjahit untuk memahami istilah-istilah diatas agar tidak menggunakan istilah-tesebut secara tumpang tindih dan menyebutkannya secara salah kaprah.

Catatan tambahan :
Komunitas Tailoring di inggris pernah mengajukan gugatan keberatan pada otoritas periklanan  atas dipakainya istilah "Bespoke" dalam iklan pakaian yang dikerjakan dengan sistem MTM. sayangnya, gugatan ini secara resmi ditolak. Alasan penolakannya adalah karena merujuk kamus dimana Bespoke di artikan sebagai "made by order" (dibuat sesuai pesanan). Jadi menurut otoritas periklanan inggris semua barang yang bisa dipesan sesuai pesanan bisa memakai istilah "Bespoke" dalam iklan mereka.

Walau demikian perbedaan identitas antara MTM dan Bespoke Tailoring mestinya adalah sesuatu yang jelas bagi komunitas Tailoring, termasuk para pembelajarnya.

Salam Pembelajar.








Komentari dengan g+ (dilarang spam)
EmoticonEmoticon